![]() |
credit |
Teruntuk Monday Flashfiction Prompt # 17 : Profesi
Semua mata tertuju sosok perempuan yang sedang berjalan ke podium.
"Selamat pagi anak-anak sekalian." Ujarnya sambil membenarkan kacamatanya.
"Selamat pagi ibu guru." Jawab serentak semua murid di lapangan.
"Dita, liat konde Ibu Dina. Miring. Liat, deh," bisik Andi ke Dita.
"Tau. Hihihi......," jawab Dita sambil tertawa ke arah Andi.
"Hey kamu, yang sedang berbisik, sini." Tunjuk Ibu Dina ke Andi.
Dengan langkah bergetar Andi menuju ke depan lapangan sambil menundukkan kepala.
"Kamu tadi bisik-bisik apa? Ada yang perlu ditanyakan? Tanya Ibu Dina.
Andi hanya menggeleng kepala sambil menunduk.
"Baiklah. Kamu berdiri di sebelah Ibu saja." Ujar Ibu Dina sambil melanjutkan pidatonya.
Sekolah kita mau kedatangan tamu. Jadi ruang kelas kalian harus tanpak bersih, karena akan ada kompetisi antar sekolah di sini." Sambil mengakhiri pidatonya Bu dina turun dari podium.
Andi yang sejak tadi berdiri hanya bisa diam dan tertunduk. Teman yang lain pada bubar, dan Andi pun masih di bawah tiang bendera.
Bruukkkkkk.
Andi pingsan. Seketika para guru menghampiri Andi lalu menggotongnya ke UKS.
Hari itu Andi dipulangkan karena kondisinya tidak memungkinkan untuk mengikuti pelajaran berikutnya.
Hari Senin berikutnya
"Selamat pagi anak-anak..." Sapa Ibu Dina dalam pidatonya.
"Hari ini adalah hari terakhir Ibu mengajar di sini. Maafkan ibu, jika ada salah kata."Bicara Ibu Dina sambil menitikkan airmata.
Di buka kembali map itu lalu ditutupnya perlahan. Map berisi surat pemberhentian sebagai guru.
Matanya tertuju sosok Andi yang berada di depannya. Dalam benaknya masih mengingat apa kata Ayah Andi dua hari yang lalu.
"Ibu Dina, Andi anak semata wayang saya. Dan saya adalah pejabat daerah di sini. Jadi, saya punya kewenangan untuk memberhentikan Ibu, kapanpun."
Karena ping dan san ya?
ReplyDeleteNAngkep ceritanya, hm...geram dech
Salam
Astin
Karena nggak boleh di dalam gedung sekolah dan di kelas, jadi dibikin di lapangan ya? Nemu aja sih celahnya. Ahaha...
ReplyDeleteCeritanya bagus... Si Andi itu manja banget deh gitu aja ngadu ke ayahnya.
ada aja nih anak kayak gini, man to the ja dan lebay sekali
ReplyDeleteyaa maklum lah anak orang hebat yaa gitu itu sedikit di senggol, banyak tangan melayang :D
ReplyDeleteoh jadi gara gara andi itu anak pejabat ckckck sebel aku yaaa :)
ReplyDelete"Maaf khan Ibu..."--> "Maafkan ibu..."
ReplyDeleteEhm... Mari kita demo saja pejabat itu!
:D
Thank kakaakin atas koreksinya :)
DeleteKoreksi ya, mbak.
ReplyDeleteDita, Liat konde Ibu Dina=> liat dg huruf kecil
Andipun=> dipisah (Andi pun)
di pulangkan=>digabung
Hari ini adalah hari terakhir ibu mengajar di sini=> Ib u dg huruf besar karena kata sapaan.
MAsih menggunakan teknik tell, bukan show. :)
Oke terimakasih koreksinya pak guru :)
DeleteDalam kehidupan nyata, ada banyak kasus begini hiks
ReplyDeleteKoreksi tambahan untuk tagging :
"Dita, Liat konde Ibu Dina. Miring, liat deh." Bisik Andi ke Dita.
Seharusnya begini:
"Dita, Lihat konde Ibu Dina. Miring. Lihat, deh," bisik Andi ke Dita.
"Tau. hihihi." jawab Dita sambil tertawa ke arah Andi.
Seharusnya begini:
"Tau. Hihihi...," jawab Dita sambil tertawa ke arah Andi.
Thank koreksinya mbak EVI. makasih yah .:D
ReplyDeleteDuh, pengen banget deh toyor si ANdi :P
ReplyDeletedi kehidupan nyata ada pejabat kayak gitu. pejabat oh pejabat
ReplyDeletekurang terasa galaknya Ibu Guru ini mbak Gi..
ReplyDeleteowh berarti ini sekolah swasta ya mba...kalo negeri agak susah kan mecat guru :D
ReplyDeletewiiii.. segitunya yaa...
ReplyDeletebtw, kalo menyangkut ke logika cerita ya. Mungkin yang Andi disuruh maju ke podium itu kurang mengena karena bisanya pas upacara kan posisi podium agak jauh dari siswa. mungkin ibu gurunya kurang galak jadi alasan untuk diberhentikan juga mengada ada. IMO ya mbak :)