Saturday 30 November 2013

Tentang Kita



Mata elang. Yah, aku menyebutnya si mata elang karna matanya begitu tajam, mata yang banyak berbicara tentang dirinya. Saat itu kamu tanpak memberikan sebuah isarat bahwa kita a bakal  bersatu selamanya. Tak ada janji yang terlalu muluk kau ucapkan. Hanya sebuah 'tanda mata' yang kau berikan kepadaku sebagai tanda bahwa kau begitu mencintaiku apa adanya.

"Ras....Boleh aku pegang tanganmu?" Tanyanya sambil metatap mataku dengan tatapan elangnya.

Sebenarnya aku malu menunjukkan tangan ini padanya, tapi aku beranikan diri supaya kamu tau siapa diriku, dan apakah dia akan mundur dari semua usahanya.

"Ini." sambil kuulurkan tanganku ke arahnya.

Masih kulihat matamu dengan  memandang tak berkedip dan membuat sedikit desir dalam hati hinga terasa ke aliran darahku yang mulai menunjukkan reaksinya dengan keluarnya keringat dingin.

"Tangan kamu hangat."



Sejenak dia pandangin tanganku dan akhirnya dia lepaskan kemudian  diam dengan seribu bahasanya yang penuh misteri.
 
Akupun diam. Kita saling pandang. Saat kau pandang mataku dengan mata elangmu akupun sadar begitu ada bulir-bulir kasih disana. Apakah dia juga merasakan hal yang sama?

Tapi hari iniberbeda di hari-hari yang lalu dimana kau tanpak hangat dengan semua tatapan elangmu.
Kamu banyak bicara dengan sering menelponku, pagi,siang dan malam hingga ada suatu kata yang membuat hatiku sedikit terenyuh dengan semua pengakuanmu bahwa kau mencari gadis bertangan lentik, gadis berwarna putih dan gadis pemuja senja. sedangkan aku hanya gadis yang pekerja kasar mana mungkin mempunyai tangan lentik, apalagi lihat kulitku tak sebersih yang ia idamkan apalagi aku paling benci dengan senja karna senja membuat anganku berakir dengan hadirnya malam sesudah senja itu. aku penyuka pagi. Pagi yang hangat membriku sebuah semangat dan harapan akan sebuah cita-cita yang mungkin bisa aku gapai.

"Ras..!!Kenapa kamu diam?"

"Maaf, sepertinya gadis yang kau ceritakan itu bukan saya, kan?"

"Kamu cemburu?"

Tak aku jawab dan aku jawab dengan gelengan kepala.

Ras!..Ras!

 Sengaja telpon aku matikan.

Kembali telephone itu kembali memanggil dengan kencangnya. dan sengaja juga tak aku angkat.
"Ras....Coba mama angkat" Ujar mamaku.

"Bagas toh ini..Raras gak mau angkat. Coba kamu kesini dan bicara baik-baik."

Sepertinya bicara mamaku ini di dengar dan malam ini aku temukan dia ada di ruang tamu rumahku dengan wajah sendu.

Kembali  ku temukan dia diam, tak seperti banyak bicaranya waktu di telpon.
 Akupun ikut diam.Dan akupun berbisik dalam hati.

"Kamu misteriku"

"Ras..." Aku mendengar ucapannya dengan suara sedikit pelan. Perlahan dia raih tanganku dan kemudian dia ambil sesuatu didalam sakunya. 

Lalu dia masukkan cincin di salah satu jemariku.

"Ini apa?"

"Aku serius. Kamu minta apa?"

"Aku tidak minta apa-apa...cuma aku ingin kau menerimaku apa adanya."

Kulihat dia hanya diam dan sedikit tersenyum. Entah!

"Bukan cuma itu,aku mau kamu mau bertanggung jawab atas semua ucapanmu" imbuhku.

Dia hanya senyum dan kembali menatapku dengan tatapan mata elangnya.

"Bicaraku, akhir-akhir ini ditelpone jangan kau masukkan di dalam hati yah?" ujarnya.

"Yang mana?" ujarku pura-pura tak mengerti.

"Jadi...?"


"Jadi apa?Beneran aku tak mengerti."

"Besok keluargaku akan kesini."

Aku pun sedikit tenang menagggapin ucapannya dan sedikit bersiap bakal ada tamu banyak yang akan hadir besok.

Keesokannya kulihat dia membawa sanak saudaranya dengan membawa sedikit makanan .
Dan salah satu dari mereka mengucapkan "Apakah adiknya di terima jika melamar anak gadis bapak?"
Kaget.... senang, dan satu lagi semakin tak aku mengerti  karna selama perkenalan dia tak pernah ingin memilikiku. Dan peristiwa pagi ini merupakan awal dimana aku dan dia akan melanjutkan hubungan dengan saling mengerti satu sama lain hinga sebuah kata sampai kakek nenek  sebagai janji kita.
 

Friday 29 November 2013

Sang Mantan


Tulisan untuk tantangan MFF prompt #30: Sang mantan



Handphone itu tak henti-hentinya berbunyi.

"Sebenarnya aku lebih menyukaimu dari pada suamiku yang sekarang, Ar."

"Kenyataannya kita tak bisa bersatu, kan Bell....Mungkin tidak berjodoh."

Kata-kata itu, tak henti-hentinya  mengingatkanku, dimana Bella pernah mengungkapkan  perasaannya, kemudian lanjut berpacaran, akhirnya hubungan kami kandas dalam hitungan bulan.  Bella lebih memilih laki-laki itu ketimbang aku. Saat itu,  Bella menginginkan cepat-cepat menikah, sayangnya  aku belum siap karena alasan pekerjaan yang tak bisa di tinggal dan harus ke luar kota.

"Bell..Andai kamu tau, aku juga masih merindukanmu."

Selalu, Handphone kembali terputus setiap kami  mengobrol berlama-lama dengan berbagai kendala dan alasan. Membuat perasaanku kian hari semakin gundah, semenjak menemukannya di Media Sosial.

"Bell...Bella!" Tak ada balasan, baik telephone maupun sms.

Tiba-tiba  handphone kembali berdering.


"Bel, kenapa dua hari ini kamu menghilang dariku?"

"Ya! Biasa, lagi melayani langganan.Gak enak kalau di tinggal."

"Kerja apa, Bell.Sepertinya sibuk sekali."

"Biasalah, Kang. Melayani langganan. "

 "Bisa kita ketemuan?"

"Maaf!"

"Kenapa?"

Hape kembali mati.

"Bella! Bella!"

Tok! Tok!

Pintu terdengar begitu kencangnya dari luar.

"Sebentar!" jawabku. Perlahan kubuka pintu.

"Astaga!" gumamku.

"Ngapain aja sih mas, didalam. Kenc*ng apa B*ker?" Teriak bapak-bapak sebayaku.

"Pake acara teriak-teriak lagi!" ujar bapak yang lain dengan sedikit  beruban di rambutnya.

Kulihat banyak sekali yang antri. Aku pikir cuma aku sendiri yang disini.

Segera ku tinggalkan kerumunan antrian toilet di SPBU itu. Kemudian, kembali kulajukan motorku menuju rumah.

Besok, akan kupikirkan kembali, tempat yang tepat yang sekiranya sepi, biar aku dapat menelponnya berlama-lama sama sang mantan.




********
Note:...Lama gak pernah bikin FF...sedikit "kaku" dan "wagu" dan anehnya....Hueekkk,  kenapa jadinya settingannnya di toilet yahh...*krik-krikk.....