Monday 29 July 2013

CLBK



Gimana wajah Indah sekarang? Dulu dia menolak lamaranku. Dengar-dengar dia sudah ditinggal pergi oleh suaminya. 

"Ahh....Belum terlambat," gumamku.

kenapa masih deg-degkan ya? Aku ragu sekarang?

"Jono!"

"Indah! Kamu masih seperti yang dulu. Cantik dan manis."

Mata mereka saling bertemu dan berpandangan.

Tiba-tiba tangan mereka terlepas.

"Kakek!" Tarik Andi cucunya yang berumur limatahuanan.

Demikian dengan Indah.

Suasana reunian menjadi ramai dengan cerita cucunya masing-masing.






Thursday 25 July 2013

dedek ayu lekas sembuh ya

ya allah hari ini yang keempat kalinya kami ke rumah sakit ini. semenjak kejadian terjatuhnya putriku dari prosotan yang mencederai tangan kanannya membuat putrikami yg kedua sedikit kurang bebas dengan di berikannya sling bagian tangannya. yang akiu lihat senyum dan semangatnya masih mewarnai wajahnya yang terlihat manis. 

mudah mudahan ini terakhir aku kerumah sakit ini.
tetap senyum semangat

semoga lekas sembuh sayang bapak mamak kakak sangat menyayangi dede. iluv u nak

diberdayakan oleh hape android

Monday 22 July 2013

[FF] Maaf, Aku Menduakanmu.

Sepuluh tahun. Waktu yang lama bagiku. Susah senang telah kita lalui bersama. Yang aku suka karena kamu telah membantu pekerjaanku selama ini, sayang hari ini kamu mengecewakanku. Kamu tiba-tiba diam tak bergeming. Entah. Padahal setaun terakhir ini selalu aku tanyakan ke ahlinya untuk menyelesaikan masalah kita. Ini yang ketiga kalinya kamu bermasalah. Gak cuma itu kamu juga telah menguras uang dalam dompetku. Hari ini aku sudah putus asa dengan semua kelakuanmu.

Diam-diam aku pergi darimu, ketempat yang begitu banyak untuk memilih. Memilih yang terbaik. Mungkin ini suratan takdir kita harus berpisah. Bukan berarti aku melupakan semua pengorbananmu padaku. Yang aku rasa sekarang mulai capek dengan diammu itu. Akhirnya aku temukan penggantimu. Maafkan aku. Ternyata aku dengan yang baru begitu sempurna. Mudah-mudahan awet dan langgeng. Itu saja doaku. Melihatmu sekarang aku merasa iba. Setelah aku pikir-pikir dari pada kamu disini cemburu dengan yang aku miliki sekarang, kuraih handphone di atas meja kemudian ku telepon Mas Soleh.

"Tiga ratus ribu rupiah."

Aku hanya melambaikan tangan saat kau bersamanya.

"Good Bye. Semoga kau temukan penggantimu yang menginginkanmu saat ini."

Maafkan aku MESIN CUCI. Aku telah menduakanmu.

__________________________________Terinspirasi Pengalaman pribadi tentang Mesin Cuci

Friday 19 July 2013

Cinta Matiku



"Siapa Ayahnya? Lalu,  apa kata warga tentang aib ini, Nis?" Tanya Ibu Nissa bertubi-tubi.

Nissa yang sejak tadi melamun, beranjak dari tempat duduknya. Berdiri di depan cermin dan melihat perutnya yang semakin membesar. 

Menuju ke lemari kemudian membukanya. Handphone yang sudah tiga bulan ini sengaja ia matikan kemudian di nyalakan kembali.
Teriakan Nissa tiada ampun di bawah nafsu bejad Rangga begitu jelas di dalam video handphonenya.

"Mana mungkin dia akan menjadi Ayah dalam kandunganku?" Nissa dalam bicaranya sendiri.

"Nissa. Apakhabar. Tiga bulan kamu sudah gak masuk sekolah" Terdengar sms masuk dari Fitri.

"Fitri!" Gumamnya sambil memegang handphone lalu berusaha menelponnya.

"Nis. Kemana saja kamu? Sepertinya kamu bakal di skor dari sekolah. "

"Aku...aku.."

"Aku sudah tau beritanya. Video mesum kamu dengan Rangga telah di sebar luaskan di handphone anak-anak satu sekolahan. Niss...Hallo..." Putus. 

Suara Fitri sengaja di hentikan oleh Nissa dengan mematikan handphonenya.

Nissa  menggeleng. Lalu, dibanting handphone yang berada di genggamannya. Nissa keluar kamar menuju dapur. Pikirannya kacau, benda di dapur itu sepertinya menarik perhatiannya.  Pisau siap di tancapkan ke dada Nissa  sambil berurai air mata. Lalu , urung. Di bungkuslah benda tajam itu ke dalam tasnya.

"Mau kemana Nis?" Tanya Ibu.

"Menemui teman. Ibu gak usah khawatir, "ujarnya menyakinkan Ibunya.

**********


"Rangga!"

Rangga kaget akan kehadiran Nissa di depannya. Dia berdiri lalu tersenyum melihat Nissa menemuinya.

"Hahaha.... Akhirnya kamu nyerah, Nis,"ujarnya sambil tertawa.

"Berhenti kamu tertawa, atau aku akan bunuh janin dalam perutku ini." Ancam Nissa sambil menghunuskan pisau ke arah perutnya.

"Upss...Jangan sayang. Itu bayiku jangan kau bunuh," ujar Rangga sambil memegang tangan Nisa yang menggengam pisau.

Nissa menangis, tubuhnya serasa lunglai tak bertulang. Tatapan matanya kosong lalu dia kembali berdiri menatap lelaki yang berada di depannya sambil menghunuskan pisau tepat dilehernya Rangga.

"Kamu yang harus mati, Rangga."


"Niss...apa-apan kamu ini." Sekejap  pisau yang berada digenggaman Nisa di lepaskan oleh Rangga kemudian di buang.


Nissa menjerit dan menangis sambil memukul badan Rangga. Badannya semakin lemah dan tak berdaya. Bibirnya bergetar.


"Baiklah, nikahi aku.  Aku sudah tidak kuat dengan omongan tetangga tentang kandunganku."


"Dengan senang hati. Ini yang aku harapkan selama ini. Menikah denganmu, Nis. Selamanya."


"Dengan satu syarat!"


"Syarat apa? aku akan memenuhinya."


"Ceraikan aku setelah anak ini lahir."


Dahi Rangga mengernyit. Di pandangilah wanita yang berada di depannya dengan rasa penasarannya.
Rangga menggeleng lalu menampar wajah Nisa.

Plaakkk

"Kamu bodoh!"

"Tidak! Menjadi bodoh jika aku menjadi istrimu selamanya."


"Hemm.Baiklah."


"Tanda tangan disini!" Nissa menyerahkan secarik kertas berisi perjanjian bermaterai.
Rangga menyetujuinya lalu menandatangin perjanjian itu.


Nissa kembali menuju Rumahnya. Di tengah perjalanan tepat di kebun teh Mandor Jono Nissa bertemu kembali Rangga beserta lima rekannya.


"Nissa!"


"Kamu mau ngapain lagi?" Tanya Nissa ketakutan.


Kelima rekan Rangga seketika memegang kedua tangan Nissa, salah satu mereka mengambil kertas perjanjian yang berada di dalam tas Nissa. 


"Hahaha...Musnah syaratnya. Besok aku kan ke rumah,  menikahimu dan kamu akan aku miliki. Selamanya, "ujar Rangga sambil menyobek kertas perjanjian.


Nissa meronta  dan menjerit berusaha melepaskan genggaman kedua tangan lelaki bertubuh kekar yang memegangnya.


"Rangga! Kamu baji**an." Sumpah serapah Nissa.


"Hahaha..." Rangga tertawa menang.


***********************

Wednesday 17 July 2013

PUPUS

"Rud, sebentar lagi kita akan berpisah. Aku ke Semarang kamu ke Jakarta meneruskan kuliahmu," ujar Sari sambil memeluk Rudy.

"Kita masih punya ini untuk saling berkomunikasi." Jawab Rudy ambil menunjukkan handphone.

Sesaat mereka saling berpandangan satu sama lain.  Sari menunduk lalu menatap Lelaki yang berada di depannya. Tampak matanya berkaca-kaca.

"Aku berjanji."

"Tapi..."

"Tapi, kenapa?"

"Oh . Sudahlah!" Sari menghentikan percakapannya.

Dikemasilah baju Sari lalu mereka menuju ke Semarang bersama Rudy.

"Kita akan bertemu di Stasiun ini. Stasiun Tawang," ujar Rudy sambil memegang wajah Sari dan mengusap air matanya yang meluncur kebawah.

Sari mengganguk, kemudian berlalu dari Stasiun itu.

Tiba-tiba sari berbalik arah dan berlari ke arah kereta yang telah berjalan dengan laju kencangnya.

"Rudy!" teriak Sari memanggil.

Matanya tertahan pada benda di tangannya.  Sari tersenyum sambil menggenggam saputangan milik Rudy.

Lima tahun berlalu

"Kita bertemu di Stasuin Tawang" sms terkirim dari Rudy.

Perasaan sari semakin gembira akan pertemuannya kali ini.

"Rudy!"

"Sari!"

Mereka berpelukan satu sama lain.

"Sebelum kita pulang, kita mampir dulu yuk ke Simpang Lima," ujar Rudy menarik tangan Sari.


"Ini oleh-oleh kesukaan Ibu, Sar. Bandeng Juwana. Kamu mau?" tanya Rudy.

Sari hanya menggeleng.

Sesampainya di rumah Rudy.

"Rud, sudah Ibu peringatkan. Jangan lagi berhubungan dengan gadis ini", ujar Ibu Rudy dengan nada yang tinggi.
.
"Tapi, Ma."

"Gak ada tapi-tapian"

"Eh kamu! Kamu sadar gak kamu ini siapa. Rudy Lulusan Sarjana. Kamu. Cuma Lulusan SMA yang bekerja jadi pembantu rumah tangga di Semarang" ujar Ibu Rudy dengan sinis ke Sari.

Seketika Sari membalikkan badannya kemudian berlari sambil berderai air mata. Tangannya tertahan oleh Rudy.

"Sar!"

Sari berusaha melepaskan tangannya. kemudian berlari menerobos malam.


Wednesday 10 July 2013

[Remake]Lelakiku

 
Credit (Gambar Diambil dari Sini)


Setelah jeda yang begitu lama, lelaki itu menghabiskan isi gelasnya dengan sekali tegukan.

Lalu beranjak pergi dari meja makan sambil meraih topi kemudian dipakainya seraya bersiul.

"Mau kemana , Kangmas?" 

"Ke Warung Lik Sir."

"Aku sudah selesai masak."

"Dino iki aku ora cocok masakanmu!"

Imah yang sejak tadi menyiapkan masakan yang berlauk tempe goreng dan sayur bayam hanya bisa duduk termangu didepan meja makan.


"Ayo, nduk. Makan, " ujar Imah ke Dewi, anak semata wayangnya yang berumur tujuh tahunan.

"Imah! Imah!" Teriak Imam menggedor pintu.


Pyarr..........


Semua yang berada di meja makan di tumpahkan oleh Imam. Selalu. Jika telat membuka pintu amarah di lampiaskan dengan memecah benda-benda di depannya.

"Mbadok terus yang diurusin"

"Astagfirulloh!"

"Wis nduk, entar Mamak masak lagi,"  Ujar Imah sambil mengambil pecahan piring  di lantai.

Di pandanginya bola mata Dewi yang bulat seraya di usap air matanya.

Imah Tersenyum.

"Bapakmu ini sebenarnya  baik kok, nduk. Mamak yang salah. Tidak segera membuka pintu saat Bapakmu pulang."

"Tapi, mak."

Di pandangi kembali mata Dewi dan menyakinkannya.


"Imah! Imah!" Teriak kembali Imam.

"Ini apa-apan?" Sambil menunjuk baju kotak biru terkena noda.

"Eh..Tadi! Dewi....... Kamu dimana, Nduk?" Saut Imah terbata-bata sambil mencari  Dewi.

"Bapak! Bapak gak boleh marah-marah lagi sama Mamak!" Teriak Dewi.

"Dewi..Ssttttt!"Ujar ibu sambil menarik tangan dewi.

"Jadi, ini hasil didikanmu. Anak harus berani sama Bapaknya, " Ujar Imam sambil melayangkan tangannya hendak memukul Dewi"

"Sudah! Aku diperlakukan kasar sama sampeyan, aku ikhlas. Tapi jangan sama Dewi." Ujar Imah lantang sambil mengemasi pakaian.

"Imah! Kamu mau kemana?"

"Pulang ke rumah orang tuaku. Aku sudah gak tahan!"

"Kamu gila yah."

"Tidak! Aku tidak gila. Kamu yang gila."Ujar Imah sambil menutup pintu dengan kasar seperti yang pernah Imam lakukan selama ini padanya.

"Imah! Aku mohon, maafkan mas. Aku khilaf," ujar Imam dengan sujud di hadapan Imah.

Seketika airmata Imam meluncur kebawah. Imam memeluk badan Imah dan Dewi. Tas berisi pakaian di jatuhkan perlahan sambil mengusap air matanya sendiri.

Selama menikah, tak pernah melihat Imam menangis.

"Mudah-mudahan bukan air mata buaya!" Gumam Imah sambil menghela nafas.

"Makasih, Nduk, " berkat kamu Bapakmu berubah seketika" Kembali Imah memeluk dan mencium anak semata wayangnya.



 Keterangan :
Lik: Paman.
Dino iki aku ora cocok masakanmu: Hari ini aku tidak cocok masakanmu.
Nduk : Anak perempuan.
Mbadok: "Bahasa kasar"  yang artinya makan.
Wis Nduk: Sudah Nak.
Sampeyan :kamu

TULISAN ASLI DISINI

********************

Lelakiku

Credit (Gambar dari sini)

Setelah jeda yang begitu lama, lelaki itu menghabiskan isi gelasnya dengan sekali tegukan.

Lalu beranjak pergi dari meja makan sambil meraih topi kemudian dipakainya seraya bersiul.

"Mau kemana , Kangmas?" 

"Ke Lik Sir."

"Aku sudah selesai masak."

"Dino iki aku ora cocok masakanmu!"

Imah yang sejak tadi menyiapkan masakan yang berlauk tempe goreng dan sayur bayam hanya bisa duduk termangu didepan meja makan.

"Paling-paling  mau liat Lastri, pembantunya Lik Sir. Ahh...yo wis  tak makan sendiri saja" gumamnya sambil menyendok nasi beserta lauk pauknya. 

"Ayo, nduk. Makan, " ujar Imah ke Dewi, anak semata wayangnya yang berumur tujuh tahunan.

"Imah! Imah! Teriak Imam menggedor pintu.


Pyarr..........


Semua yang berada di meja makan di tumpahkan oleh Imam. Selalu. Jika telat membuka pintu amarah di lampiaskan dengan memecah benda-benda di depannya.

"Mbadok terus yang diurusin"

"Astagfirulloh!"

"Wis nduk, entar Mamak masak lagi,"  sambil mengambil pecahan piring  di lantai.

"Mamak....! Panggil Dewi sambil berlinang air matanya.

Di pandanginya bola mata Dewi yang bulat seraya di usap air matanya. Imah tersenyum.

"Bapakmu ini sebenarnya  baik kok, nduk. Mamak yang salah. Tidak segera membuka pintu saat Bapakmu pulang."

"Tapi, mak."

Di pandangi kembali mata Dewi dan menyakinkan, bahwa Bapaknya adalah orang baik dan sayang terhadap keluarga.


Memasuki usia ke delapan pernikahannya bersama Imam, sifat  Imam berubah. Arogan dan gampang marah.

"Ahh..Sudahlah. Mungkin Kang Imam capek atau ......Entahlah, "gumamnya seraya menghela nafas.


 Keterangan :
Lik: Paman.
Dino iki aku ora cocok masakanmu: Hari ini aku tidak cocok masakanmu.
Nduk : Anak perempuan.
Mbadok: "Bahasa kasar"  yang artinya makan.
Wis Nduk: Sudah Nak.


****************************************