Saturday, 21 September 2013

Kakek Dan Dodi

Photo koleksi pribadi RinRin Indrianie






"Sepuluh tahun..?!" Ujar Lastri memandangku  heran.

"Tapi Las, aku...." Sengaja tidak aku teruskan perkataanku, karena Lastri langsung berlalu dari hadapanku. 

Berusaha mengingat dan mencari sebuah benda yang sudah lama aku simpan. Akhirnya, benda itu aku temukan di lemari pakaian bagian bawah.


"Ini dia!" Gumamku.


"Apa itu, Ma?" Tanya Dodi putraku satu-satunya yang tiba-tiba ada di dalam kamar.

"Oh, ini. Sebentar......Jangan dulu deh, besok kamu juga akan tau, Dod." Jelasku sambil menghentikan perkataanku.


Dodi masih penasaran dengan benda yang aku  bungkus plastik itu. Semua pertanyaan tentang benda itu, terpaksa aku potong.


"Tapi, Ma."


"Gak ada tapi-tapian. Teruskan belajarmu! Mama pergi sebentar. Paling cuma setengah hari."


Langkahku keluar rumah sedikit ku percepat. Sesekali menengok kebelakang karena takut ada yang mengikutiku.

Saat menunggu mikrolet, kulihat di seberang jalan ada sosok laki-laki yang membuat mata ini susah untuk berkedip. Karena penasaran, akhirnya aku  putuskan untuk menemui laki-laki tua itu dan menunda kepergianku.

Aku  perhatikan Kakek  itu secara seksama. Mendekat perlahan dan memperhatikan  koran yang dia baca.  Ku lihat dia  sedang mencermati kata demi kata di koran itu.  Dia baca bagian rubrik  orang hilang. Disana ada gambar anak laki-laki  berumur dua tahun, lengkap dengan penjelasannya.

"Ehemm...Maaf. Bapak cari anak itu?" Sambil aku tunjuk wajah orang hilang yang ada di koran itu.

Kakek  itu menoleh, lalu menatapku tajam. Matanya seperti menyimpan selaksa peristiwa. Keningnya  tampak tua dan lelah. Keriput tulang pipinya  sangat tampak, badannya  kurus dan sedikit bungkuk.  Wajahnya seketika berbinar saat aku menyapanya.

"Kamu kenal sama anak ini, nduk. Ini cucu Kakek saat Kakek bawa kesini buat jalan-jalan. Sampai sekarang belum ditemukan. Sekarang cucu Kakek sudah berumur duabelas tahun. Pernah lihat?" Tanyanya penuh harap.

Entah kenapa mulut ini tiba-tiba diam seperti terkunci. Kakiku seakan kaku dan sedikit bergetar. Berusaha berbalik dan meninggalkannya. Ada perasaan takut saat kakek ini mencerca berbagai macam pertanyaan. Aku hanya bisa menggeleng.  Lantas, aku lari meninggalkan Kakek itu.

"Nduk, mau kemana?" Tampak Kakek itu berlari mengejarku, lalu terhenti karena aku lihat nafasnya mulai tersengal.

Aku berlari menyebrang jalan dan menyetop mikrolet yang kebetulan lewat. Aku masuk dan berusaha mengatur  nafasku dan jantungku yang mulai berdegup dengan cepatnya. Sambil berlalu, kutengok kembali Kakek yang aku tinggalkan tadi. Tanganku bergetar saat kudapati plastik yang aku bawa tadi.  Satu setel baju  anak berumur dua tahunan.  Baju yang di pakai Dodi saat aku temukan di  tempat kakek itu berada.  Baju  ini rencananya akan aku buang jauh-jauh dari rumah,  supaya Dodi tidak tau siapa Ayah dan Ibunya yang sebenarnya. Karena aku sudah putus asa, selama  limabelas tahun tidak juga di karunia keturunan.




16 comments:

  1. ceritanya keren Mba..alurnya juga oke

    ReplyDelete
  2. wah! kasian nasib si Dodi? Bersambung, kan? Hhehe

    ReplyDelete
  3. Keren mak :D

    Mak, bikin judulnya yang kerenan dong. Hehehe.. jujur, tadinya aku ga minat baca karena judulnya yang begitu loh. :P padahal ceritanya keren wkwkwkwk..

    ReplyDelete
  4. Replies
    1. lastri ini sahabatnya mbak. Ceritanya Curhat sama sahabtanya... hihi..makasih loh sudah mampir :)

      Delete
  5. ide ceritanya bagus, mak. tapi aku rasa kok kayaknya agak dipaksain ya. mungkin kurang smooth kali nyeritainnya. itu aja sih. :)

    ReplyDelete
  6. oh iya, judulnya juga kurang oke, nih. hihiih padahal ceritanya bagus.

    ReplyDelete
    Replies
    1. terus...judulnya apa dong mak isti . bisa kasih masukan gak hihi...Maksa :)))

      Delete