![]() |
Photo koleksi pribadi RinRin Indrianie |
Tulisan hasil belajar ikut tantangan MFF Prompt #26 : Pak Tua Yang Sedang Membaca Koran
Note: Berubah Judul Darisini isi masih sama. Semoga judulnya berkenan.
Note: Berubah Judul Darisini isi masih sama. Semoga judulnya berkenan.
"Sepuluh tahun..?!" Ujar Lastri memandangku heran.
"Tapi Las, aku...." Sengaja tidak aku teruskan perkataanku, karena Lastri langsung berlalu dari hadapanku.
Berusaha
mengingat dan mencari sebuah benda yang sudah lama aku simpan. Akhirnya, benda itu aku temukan di lemari pakaian bagian bawah.
"Ini dia!" Gumamku.
"Apa itu, Ma?" Tanya Dodi putraku satu-satunya yang tiba-tiba ada di dalam kamar.
"Oh, ini. Sebentar......Jangan dulu deh, besok kamu juga akan tau, Dod." Jelasku sambil menghentikan perkataanku.
Dodi masih penasaran dengan benda yang aku bungkus
plastik itu. Semua pertanyaan tentang benda itu, terpaksa aku potong.
"Tapi, Ma."
"Gak ada tapi-tapian. Teruskan belajarmu! Mama pergi sebentar. Paling cuma setengah hari."
Langkahku
keluar rumah sedikit ku percepat. Sesekali menengok kebelakang karena
takut ada yang mengikutiku.
Saat
menunggu mikrolet, kulihat di seberang jalan ada sosok laki-laki yang
membuat mata ini susah untuk berkedip. Karena penasaran, akhirnya aku
putuskan untuk menemui laki-laki tua itu dan menunda kepergianku.
Aku perhatikan Kakek itu secara seksama. Mendekat perlahan dan memperhatikan koran yang dia baca. Ku lihat dia
sedang mencermati kata demi kata di koran itu. Dia baca
bagian rubrik orang hilang. Disana ada gambar anak laki-laki berumur dua tahun, lengkap dengan penjelasannya.
"Ehemm...Maaf. Bapak cari anak itu?" Sambil aku tunjuk wajah orang hilang yang ada di koran itu.
Kakek itu menoleh, lalu menatapku tajam. Matanya seperti menyimpan selaksa
peristiwa. Keningnya tampak tua dan lelah. Keriput tulang pipinya
sangat tampak, badannya kurus dan sedikit bungkuk. Wajahnya seketika berbinar saat aku menyapanya.
"Kamu kenal sama anak ini, nduk.
Ini cucu Kakek saat Kakek bawa kesini buat jalan-jalan. Sampai sekarang belum ditemukan. Sekarang cucu
Kakek sudah berumur duabelas tahun. Pernah lihat?" Tanyanya
penuh harap.
Entah
kenapa mulut ini tiba-tiba diam seperti terkunci. Kakiku seakan kaku
dan sedikit bergetar. Berusaha berbalik dan meninggalkannya. Ada
perasaan takut saat kakek ini
mencerca berbagai macam pertanyaan. Aku hanya bisa menggeleng.
Lantas, aku lari meninggalkan Kakek itu.
"Nduk,
mau kemana?" Tampak Kakek itu berlari mengejarku, lalu terhenti karena aku lihat nafasnya mulai tersengal.
Aku
berlari menyebrang jalan dan menyetop mikrolet yang kebetulan lewat.
Aku masuk dan berusaha mengatur nafasku dan jantungku yang mulai
berdegup dengan cepatnya. Sambil berlalu, kutengok kembali Kakek yang
aku tinggalkan tadi. Tanganku bergetar saat kudapati plastik yang aku
bawa tadi. Satu setel baju anak berumur dua tahunan. Baju yang di
pakai Dodi saat aku temukan di tempat kakek itu berada. Baju ini
rencananya akan aku buang jauh-jauh dari rumah, supaya Dodi tidak tau
siapa Ayah dan Ibunya yang sebenarnya. Karena aku sudah putus asa, selama
limabelas tahun tidak juga di karunia keturunan.