![]() |
Credit |
Prita
dengan segala gundahnya. Sepekan lamanya waktunya dihabiskan di dalam
kamar. Entah berapa kali Prita mondar mandir di dalam kamar. Berdiri lalu berjalan, sesekali menoleh ke
arah cermin. Kepalanya menggeleng kemudian berlari ke tempat tidurnya. Dia
hempaskan tubuhnya , di pukul-pukul perutnya. Kembali berdiri lalu bercermin
dan begitu seterusnya dia lakukan berulang kali.
“Prit!”
seseorang memanggil namanya sambil menggedor pintu kamarnya.
Prita menggeleng.
“Tidak!
Siapapun kamu, aku tak akan keluar kamar, ” teriaknya di dalam kamar.
“Ok.
Aku taruh disini. Pasti kamu akan suka. Jangan lupa di coba dahulu, ya, ” ujar
Alvin di luar kamar.
Perlahan Prita berdiri dan melangkahkan kakinya ke luar kamar. Pintu di buka perlahan.
Pandangannya
mengarah sebuah kotak yang di bungkus
kertas berwarna coklat.
Prita berjongkok, di pungut kotak itu kemudian dia bawa ke dalam kamarnya.
Seketika dia buka secara perlahan.
“Hah!
Ini yang aku cari.” Gumamnya .
Seketika
wajahnya sumringah. Prita berlari ke arah
kaca rias sambil berkacak pingggang
memandang perutnya dengan takjub.
Besok, 25 Januari adalah hari terakhirnya mengakiri masa
lajangnya. Sebuah korset berwarna krem membuatnya terharu setelah semingguan dia cari untuk mengempeskan lemak di dalam
perutnya supaya kebaya yang ia pakai nanti terlihat sempurna di pakainya.